Selasa, 18 Mei 2021

TAFSIR KLAUSA “وكلمته” DI DALAM AL-QUR’AN SURAH AN-NISA’, 4:171

 

Oleh: R. Ahmad Nur Kholis

Download di sini!

قال الله تعالى:

يَا أَهْلَ الْكِتَابِ لا تَغْلُوا فِي دِينِكُمْ وَلا تَقُولُوا عَلَى اللَّهِ إِلا الْحَقَّ إِنَّمَا الْمَسِيحُ عِيسَى ابْنُ مَرْيَمَ رَسُولُ اللَّهِ وَكَلِمَتُهُ أَلْقَاهَا إِلَى مَرْيَمَ وَرُوحٌ مِنْهُ فَآمِنُوا بِاللَّهِ وَرُسُلِهِ وَلا تَقُولُوا ثَلاثَةٌ انْتَهُوا خَيْرًا لَكُمْ إِنَّمَا اللَّهُ إِلَهٌ وَاحِدٌ سُبْحَانَهُ أَنْ يَكُونَ لَهُ وَلَدٌ لَهُ مَا فِي السَّمَاوَاتِ وَمَا فِي الأرْضِ وَكَفَى بِاللَّهِ وَكِيلا (النساء، (4):١٧١)

Artinya:

Wahai ahli Kitab, janganlah kamu melampaui batas dalam agamamu, dan janganlah kamu mengatakan terhadap Allah kecuali yang benar. Sesungguhnya Al Masih, Isa putera Maryam itu, adalah utusan Allah dan (yang diciptakan dengan) kalimat-Nya yang disampaikan-Nya kepada Maryam, dan (dengan tiupan) roh dari-Nya. Maka berimanlah kamu kepada Allah dan rasul-rasul-Nya dan janganlah kamu mengatakan: "(Tuhan itu) tiga", berhentilah (dari Ucapan itu). (Itu) lebih baik bagimu. Sesungguhnya Allah Tuhan yang Maha Esa, Maha suci Allah dari mempunyai anak, segala yang di langit dan di bumi adalah kepunyaan-Nya. cukuplah Allah menjadi Pemelihara. (QS. An-Nisa’ (4):171)


Pendahuluan

Penulis menemui beberapa kalangan di media sosial yang telah ‘menafsirkan’ bahwa makna klausa “وكلمته” dalam ayat Al-Qur’an Surah An-Nisa’, 4:171 yang secara lahir diterjemahkan sebagai “kalimah-Nya” sebagai pengakuan Al-Qur’an terhadap ketuhanan Isa. Argumentasi logis yang mereka sampaikan adalah sebagai berikut:

(1) Isa (Yesus) adalah kalimah Allah.

(2) Kalimah adalah bagian dari Allah yang qadim

(3) Oleh karenanya maka Yesus adalah Allah yang qadim

Hal demikian ini tentu saja bertentangan dengan semangat Al-Qur’an yang menegaskan keesaan Allah yang mutlak. Di dalam Al-Qur’an Surah Thaha, (20):14 disebutkan: 

إِنَّنِي أَنَا اللَّهُ لا إِلَهَ إِلا أَنَا فَاعْبُدْنِي وَأَقِمِ الصَّلاةَ لِذِكْرِي

Artinya:

Sesungguhnya aku ini adalah Allah, tidak ada Tuhan (yang hak) selain Aku, Maka sembahlah aku dan dirikanlah shalat untuk mengingat aku.

Demikian pula di dalam Al-Qur’an Surah Al-Maidah (4):73 disebutkan:

لَقَدْ كَفَرَ الَّذِينَ قَالُوا إِنَّ اللَّهَ ثَالِثُ ثَلاثَةٍ وَمَا مِنْ إِلَهٍ إِلا إِلَهٌ وَاحِدٌ وَإِنْ لَمْ يَنْتَهُوا عَمَّا يَقُولُونَ لَيَمَسَّنَّ الَّذِينَ كَفَرُوا مِنْهُمْ عَذَابٌ أَلِيمٌ

Artinya:

Sesungguhnya kafirlah orang-orang yang mengatakan: "Bahwasanya Allah salah seorang dari yang tiga", Padahal sekali-kali tidak ada Tuhan selain dari Tuhan yang Esa. jika mereka tidak berhenti dari apa yang mereka katakan itu, pasti orang-orang yang kafir diantara mereka akan ditimpa siksaan yang pedih.

Setidaknya kedua ayat tersebut telah menyatakan penentangan terhadap konsep trinitas Kristen saat ini yang menyatakan bahwa keesaan Allah berada di dalam 3 (tiga) oknum namun satu hakikat.


Pembahasan

Di dalam kaitannya hal inilah maka penafsiran akan Al-Qur’an Surah An-Nisa’ (4):171 ini harus dipahami. Segala penafisiran ayat-ayat Al-Qur’an dalam tema teologi haruslah dipahami dengan semangat keesaan Allah (tauhid) yang mutlak ini. Dan bukan penafsirannya dalam kacamata tauhid yang lain.

Berkaitan dengan penafsiran Al-Qur’an Surah Annisa’ (4):171 ayat diatas kiranya perlu diketahui terlebih dahulu bahwa:

(Pertama) pernyataan ayat didahului dengan: (1) seruan kepada Ahlul Kitab (Yahudi dan Nasrani) untuk tidak menyelewengkan agamanya (يَا أَهْلَ الْكِتَابِ لا تَغْلُوا فِي دِينِكُمْ); (2) seruan kepada Ahlul Kitab untuk hanya mengatakan kebenaran (وَلا تَقُولُوا عَلَى اللَّهِ إِلا الْحَقَّ). Di dalam kaitannya dengan hal yang pertama di atas, para penafisr memberikan interpretasi mereka dengan apa yang dimaksud dengan pernyataan Al-Qur’an لا تَغْلُوا فِي دِينِكُمْ sebagai: 

(a) jangan melewati batas kebenaran dan jangan mengatakan tentang Isa kecuali kebenaran tentangnya. (At-Thabari, 1994, (2):614);(Al-Qurthubi, 2006, (7):229);(As-Suyuthi & Al-Mahalli, tt., (1):133); 

(b) Jangan berbuat bid’ah dalam teologi (As-Suyuthi, 2011, (2):751); 

(c) jangan berlebihan di dalam memuliakan Nabi Isa (Al-Masih) (Ar-Razi, (11):117). 

Demikian ini dijelaskan karena orang-orang Yahudi telah ceroboh karena telah menghina Al-Masih Isa. Sedang orang-orang Nasrani telah berlebihan di dalam memuliakan-Nya sehingga orang-orang yang disebutkan terakhir itu menganggapnya sebagai Tuhan. Berkaitan dengan seruan ayat ini kepada mereka (Ahlul Kitab) untuk tidak mengatakan sesuatu kecuali kebenaran, para penafsir telah menginterpretasikannya sebagai:

(a) untuk tidak mengatakan kecuali pernyataan teologis yang murni dari kesyirikan (As-Suyuthi & Al-Mahalli, tt., (1):133)

(b) untuk tidak mengatakan bahwa Allah memiliki sekutu atau anak. (Al-Qurthubi, 2006, (7):230)

(c) untuk tidak menyatakan sifat Allah bisa lepas (hulul) dan menyatu dalam diri manusia (Ar-Razi, (11):117)

Berdasarkan penjelasan di atas, kita bisa mengetahui bahwa pada dasarnya ayat ini memberikan penegasan mengenai penolakan sifat ketuhanan Isa Al-Masih. Demikian pula ayat ini menjelaskan bahwa penafisran trinitas yang menyatakan bahwa keesaan Tuhan dalam 3 (tiga) oknum satu hakikat adalah suatu konsep yang bid’ah.

(Kedua) Bahwa di dalam penafsiran klausa "وكلمته" dalam Al-Qur’an Surah An-Nisa’, (4):1717 ini terdapat ayat-ayat lain yang paralel dan bisa digunakan sebagai pembanding untuk menafsirkannya. Ayat-ayat paralel tersebut adalah: 

(1) Al-Qur’an Surah Ali Imran, (3):45 sebagai berikut:

إِذْ قَالَتِ الْمَلائِكَةُ يَا مَرْيَمُ إِنَّ اللَّهَ يُبَشِّرُكِ بِكَلِمَةٍ مِنْهُ اسْمُهُ الْمَسِيحُ عِيسَى ابْنُ مَرْيَمَ وَجِيهًا فِي الدُّنْيَا وَالآخِرَةِ وَمِنَ الْمُقَرَّبِينَ

Artinya:

(ingatlah), ketika Malaikat berkata: "Hai Maryam, seungguhnya Allah menggembirakan kamu (dengan kelahiran seorang putera yang diciptakan) dengan kalimat (yang datang) daripada-Nya, namanya Al masih Isa putera Maryam, seorang terkemuka di dunia dan di akhirat dan Termasuk orang-orang yang didekatkan (kepada Allah),


(2) Al-Qur’an Surah Ali Imran, (3):59 sebagai berikut:

إِنَّ مَثَلَ عِيسَى عِنْدَ اللَّهِ كَمَثَلِ آدَمَ خَلَقَهُ مِنْ تُرَابٍ ثُمَّ قَالَ لَهُ كُنْ فَيَكُونُ

Artinya:

Sesungguhnya misal (penciptaan) Isa di sisi Allah, adalah seperti (penciptaan) Adam. Allah menciptakan Adam dari tanah, kemudian Allah berfirman kepadanya: "Jadilah" (seorang manusia), Maka jadilah Dia.

Di dalam Al-Qur’an Surah Ali Imran (3):45 di atas di jelaskan bahwa Maryam diberikan kabar gembira oleh Allah melalui malaikat suatu ‘kalimah’ dari Allah. Kalimah dari Allah itu berupa kelahiran seorang laki-laki bernama Isa. Dijelaskan pula bahwa lelaki yang akan lahir itu akan terkenal di dunia dan masyhur di akhirat.

Sedangkan pada Al-Qur’an Surah Ali Imran (3):59 sebagaimana juga dikutip di atas, dijelaskan bahwa penciptaan Isa adalah sama sebagaimana Allah menciptakan Adam. Di mana Adam diciptakan dari tanah yang kemudian difirmankan Allah kepadanya: ‘jadilah’, maka ia pun jadi. 

Dengan demikian para penafsir menginterpretasikan makna ‘kalimah’ dalam Al-Qur’an Surah Ali Imran (3):45 di atas sebagai ‘kalimah’ "كن" (‘kun’) yang berarti ‘jadilah!’ sebagaimana dalam ayat 59 surah yang sama. Ayat ini menyatakan bahwa Isa merupakan ciptaan yang sama dengan Adam. Keduanya diciptakan dari unsur yang sama yaitu tanah, yang kemudian dikehendaki untuk ‘terjadi’ oleh Allah.

Berdasarkan perbandingan dengan kedua ayat tersebut maka para penafsir Al-Qur’an menginterpretasikan makna “وكلمته” di dalam Al-Qur’an Surah An-Nisa’ (4):171 adalah bahwa Isa diciptakan oleh Allah dencan kata yang sama dengan ketika penciptaan Adam yakni kata: “jadilah!”. 

Pada akhirnya, kata ‘kalimah’ ini menjadi semacam sebutan atau julukan bagi Nabi Isa. Yakni bahwa nabi Isa adalah ‘kalimah Allah’ sebagaiman disebutkan di dalam Surah An-Nisa’ ayat, (4) 171 ini. Pengertian akan ungkapan ‘kalimah Allah’ ini dijelaskan sebagai: manusia yang diciptakan dengan ‘kalimah Allah’ yakni kata ‘kun!’ (كن).

Dengan demikian maka, pemahaman mengenai pernyataan dalam Al-Qur’an “وكلمته” dalam ayat An-Nisa’, (4):171 di atas bukan menyatakan bahwa Isa adalah ‘firman Allah’, yang kemudian akan membawa kepada penafsiran mengenai ‘Ketuhanan Isa (Yesus)’. Melainkan pernyataan itu berkaitan dengan julukan atau gelar yang diberikan Allah karena Isa diciptakan berdasarkan ‘kalimah Allah.’

Pendapat demikian ini adalah seperti dijelaskan oleh As-Suyuthi (2011, (2):751); Al-Qurthubi (2006, (7):230); dan Ar-Razi, 11:116). 

Pendapat lain menyatakan bahwa pernyataan Al-Qur’an “وكلمته” adalah dalam makna kabar baik bagi Maryam yang disampaikan Malaikat atas perintah Allah. Hal ini seperti dikutip pula oleh Al-Qurthubi (2006, (7):231) dan At-Thabari (1994, (2):616)

Pertanyaan lain yang kemudian menjadi konsekuensi dari penafsiran ini adalah: ‘mengapa harus Isa yang dijuluki ‘kalimah Allah?’ bukankah semua makhluk diciptakan oleh Allah berdasarkan ‘kalimah’ yang sama?. Bukankah setiap Allah menghendaki penciptaan segala sesuatu Ia berfirman ‘jadialah!’, maka jadilah ia, sebagaimana dijelaskan di dalam Al-Qur’an Surah Yaasiin, 36:82 sebagai berikut:

إِنَّمَا أَمْرُهُ إِذَا أَرَادَ شَيْئًا أَنْ يَقُولَ لَهُ كُنْ فَيَكُونُ

Artinya:

Sesungguhnya keadaan-Nya apabila Dia menghendaki sesuatu hanyalah berkata kepadanya: "Jadilah!" Maka terjadilah ia.

Jawaban atas pertanyaan di atas dapat dijelaskan demikian:

Bahwa Allah di dalam menciptakan sesuatu, Ia menciptakan pada segala sesuatu di dalam Alam yang Ia ciptakan itu suatu hukum. Hukum tersebut kita dapat sebut sebagai hukum alam. Hukum alam ini berjalan secara alamiah dan berlaku umum. Hal demikian ini seperti: api yang menyebabkan panas, manusia yang harus melangsungkan perkawinan terlebih dahulu untuk mendapatkan keturunan dan yang lainnya. Peristiwa-peristiwa di dalam alam dapat saja terjadi di luar ketentuan hukum alam tersebut meskipun hal itu sangat langka. 

Nabi Isa kiranya tercipta oleh kekuasaan Allah dan berada di luar hukum alam tersebut. Sehingga Ia menjadi kebesaran kehendak dan ‘kalimah Allah’ tersebut. Allah bisa saja menciptakan sesuai kehendak-Nya, dan dengan cara yan Ia sendiri menghendakinya. Kiranya penciptaan Nabi Isa ini telah menjadi buktinya.

Ar-Razi dalam tafsirnya yang menyatakan:

والمعنى أن وجد بكلمة الله وأمره من غير واسطة ولا نطفة كما قال (إن مثل عيسى عند الله كمثل آدم خلقه من تراب ثم قال له كن فيكون)

Artinya: 

Maknanya (Al-Qur’an Surah An-Nisa’ (7):171) adalah bahwa (Isa) diciptakan berdasarkan kalimah dari Allah dan perintah-Nya dengan tanpa perantara dan tanpa benih sebagaimana Firman Allah (sesungguhnya perumpamaan penciptaan Isa bagi Allah adalah sebagaimana Adam, yang diciptakan-Nya dari tanah kemudian difirmankan-Nya kepadanya: “jadilah!” maka ia jadi. (Ar-Razi, (11):116)

Catatan Penyimpul:

Berdasarkan peninjauan terhadap berbagai pendapat para penafsir Al-Qur’an di atas, kita mengetahui bahwa makna klausa “وكلمته” di dalam Al-Qur’an Surah An-Nisa’ (4):171 sama sekali tidak berkaitan dengan “ketuhanan Isa (Yesus).” Ia ditafsirkan sebagai:

(1) gelar bagi Isa karena penciptaan yang menyatakan kebenaran ‘kalimah Allah’ yakni “kun!” (jadilah!)

(2) gelar bagi Isa karena ia merupakan kabar baik yang disampaikan Allah melalui Malaikat kepada Maryam mengenai akan lahirnya seorang laki-laki melalui rahimnya.



Malang, 6 Syawal 1442 H / 19 Mei 2021 M



---------------------------------------


Referensi

1) Ad-Durr Al-Mantsur fi Tafsir Al-Ma’tsur (vol. 02). Karya: Al-Imam Jalaluddin Abdurrahman As-Suyuthi

2) Tafsir Al-Qur’an Al-‘Adzim (Tafsir Jalalain). Karya: Al-Imam Jalaluddin Al-Mahalli & Al-Imam Jalaluddin As-Suyuthi

3) Al-Jami’ li Ahkam Al-Qur’an wa Al-Mubayyin lima Tadlammanuhu min As-Sunnah wa Al-Furqan (Tafsir Al-Qurthubi) (vol. 7). Karya: Abi Abdillah Muhammad bin Ahmad bin Abi Bakar Al-Qurthubi

4) Jami’ Al-Bayan ‘an Ta’wil Aayi Al-Qur’an (Tafsir At-Thabari) (vol. 02). Karya: Al-Imam At-Thabari

5) Tafsir Mafatih Al-Ghayb (Tafsir Ar-Razi) (vol. 11). Karya: Al-Imam Fakhruddin Ar-Razi

Tidak ada komentar:

Posting Komentar